Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter, Rabu (20/2), mengguncang Kabupaten Simeulue, sekitar 300 kilometer barat laut Banda Aceh. Hingga semalam dilaporkan, tiga warga tewas karena kaget dan 26 orang lainnya mengalami luka-luka terkena reruntuhan bangunan.
Korban tewas adalah Aidin (70), Nyak Diman (60), dan Hardisah (70). Demikian penjelasan Kepala Sekretariat Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Bobby Syahputra saat ditemui di kantornya kemarin. Ia menambahkan, laporan tersebut didapatnya dari laporan radio Palang Merah Indonesia (PMI) NAD.
”Mereka menggunakan radio telekomunikasi untuk menghubungi anggota mereka di Simeulue. Seluruh saluran komunikasi terputus. Kami tidak bisa berhubungan dengan orang-orang Satkorlak PBP Simeulue,” kata Bobby menambahkan.
Poli, salah satu anggota PMI NAD, yang dikonfirmasi mengenai data tersebut mengatakan, data itu berdasarkan laporan anggotanya di lapangan. ”Ketiga korban tewas karena kaget saat guncangan terjadi,” katanya, seraya mengatakan, korban luka pada umumnya tertimpa reruntuhan bangunan.
Beberapa pejabat teras Pemerintah Kabupaten Simeulue tidak bisa dihubungi per telepon, baik melalui PSTN maupun telepon seluler.
Pukul 15.08
Data dari Satkorlak PBP NAD menyebutkan, gempa pertama terjadi pukul 15.08 dengan kekuatan 6,6 skala Richter (SR). Lokasinya 2,58 Lintang Utara (LU) dan 95,99 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 30 kilometer di bawah permukaan laut. Gempa kedua terjadi sekitar 20 menit kemudian dengan lokasi 2,70 LU-95,97 BT dengan kedalaman 30 kilometer. Bobby mengatakan, pusat gempa bergeser dari gempa laut ke daratan.
”Gempa ketiga berkekuatan 5,3 SR. Pusatnya hanya 10 kilometer dari permukaan laut,” kata Bobby menambahkan.
Getaran kuat akibat gempa juga dirasakan di Banda Aceh. Namun, di daerah ini tidak terjadi kepanikan yang luar biasa.
Berbeda dengan di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Ketika terjadi gempa, warga Medan panik dan berhamburan keluar ruangan. Para pegawai kantor di gedung-gedung bertingkat, misalnya, tampak bak berlomba menuruni tangga untuk menyelamatkan diri.
Di Kantor PLN Wilayah Sumut tabung pemadam kebakaran dan pot-pot bunga terlihat terguncang keras. Aktivitas kantor terhenti sekitar 15 menit.
”Saya tadi langsung keluar kantor. Suasananya sangat panik, malahan ada yang menangis histeris. Kami sedang di bagian belakang kantor ketika gempa terjadi. Terasa kencang sekali guncangannya dan cukup lama. Saya trauma dengan gempa tahun 2004 lalu,” ujar Ade, warga Medan.
Saat gempa terjadi, Badan Meteorologi dan Geofisika di Medan melalui pesan singkatnya melalui telepon seluler (SMS) menyebutkan, gempa berkekuatan 6,6 SR dengan pusat gempa di 2,58 LU, 95,99 BT, sekitar 42 kilometer barat laut Sinabang, dengan kedalaman 30 kilometer. Selanjutnya BMG memberi informasi baru dengan menyatakan gempa berkekuatan 7,3 SR, dengan kedalaman 33 kilometer.
Sampai Kamis pagi, listrik di wilayah gempa masih mati, sementara jaringan telepon baru menyala pagi ini. Beberapa warga masih was-was dan sebagian belum kembali ke rumahnya.(sumber:Kompas)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar